Oleh: Makawaru da Cunha I
PAPUAinside.com, JAYAPURA—Ketua Sinode Gereja Kemah Injil (KINGMI) di Tanah Papua dan Moderator Dewan Papua Pdt. Dr. Beny Giay, hendak mendoakan dan membacakan renungan bagi keselamatan jemaat dan masyarakat orang Papua di Kantor DPR Papua, Jayapura, Senin (16/8/2021).
Namun tokoh agama Kristen yang sangat dihormati ini tak diizinkan aparat keamanan di pintu masuk Kantor DPR Papua, karena di saat bersamaan DPR Papua tengah rapat paripurna pidato kenegaraan Presiden Joko Widodo atau Jokowi dalam sidang tahunan MPR 2021.
Aksi penghadangan Ketua Sinode KINGMI di Tanah Papua ini mendapat tanggapan Anggota Komisi 1 DPR Papua, sekaligus Ketua Umum Barisan Garuda Merah Putih RI Pengawal Gerbang Timur NKRI, Yonas Alfons Nussy kepada wartawan di Jayapura, Rabu (18/8/2021).
Nussy mengatakan DPR Papua tak pernah menolak niat baik Pendeta Beny Giay, untuk mendoakan dan membacakan renungan, karena doa seorang Hamba Tuhan itu sangat baik untuk bangsa dan negara.
Hanya saja, waktunya kurang tepat, sehingga perlu ada komunikasi yang baik, agar terakomodir dalam jadwal persidangan DPR Papua.
“Kalau saya tak pimpin doa dalam rapat paripurna pidato kenegaraan, saya bersedia untuk turun menemui Pendeta Beny Giay. Tapi juga protap kenegaraan yang mana kita menghormati pidato presiden, makanya aparat keamanan bertangunggungjawab, untuk tak mengizinkan siapa saja yang masuk,” ujarnya.

Sementara itu, Pdt. Benny Giay, saat dikonfirmasi mengatakan, pihaknya telah menyampaikan surat kepada Kapolda Papua, Jumat (13/8/2021), untuk pergi ke DPR Papua mendoakan dan membacakan renungan bagi keselamatan jemaat dan masyarakat orang Papua ke depan, agar Tuhan Allah menjaga bangsa Papua dari kepunahan dan menyampaikan harapan gereja kami dan jemaat-jemaat hari ini dan ke depan.
Namun, tukasnya, pihaknya tak diberitahukan bahwa pada saat bersamaan DPR Papua sedang rapat paripurna pidato kenegaraan Presiden Jokowi.
“Saat kami sudah di DPR Papua pada pukul 11.00 WIT baru surat dari Polresta Jayapura dikasih. Kalau memang begitu kenapa tidak antar kesini supaya saya tak harus kesana. Kalau memang mau seperti itu kenapa tidak pasang spanduk di luar pintu masuk DPR Papua tak terima tamu,” tukasnya.
Dikatakan para Hamba Tuhan agak gelisah, setelah mengamati sejumlah kejadian di Papua, antara lain penangkapan Victor Yeimo, penganiayaan Steven Yadohamang di Merauke dan penganiaayan seorang warga di Nabire. Namun negara hanya menyampaikan permohonan maaf saja dan lain- lain.
“DPR Papua sudah sampaikan via telpon kami bisa datang. Bahkan Nason Uti, Veriana Wakerkwa dan Namantus Gwijangge sudah menunggu dan bersedia menerima. **