PAPUAInside.com, KEEROM— Kapten Inf Rum Patria Misa Tim Kesehatan Satgas Pamtas Yonif MR 413 Kostrad Pos Pitewi memimpinm 10 anggotanya berkeliling di Kampung Sangke di Kabupaten Keerom yang berbatasan langsung dengan wilayah PNG untuk melakukan pengobatan.
‘’Untuk tiba di Kampung Sangke, dibutuhkan waktu tiga jam perjalanan dan menggunakan kendaraan strada double gardan. Jaraknya cukup jauh dan sangat sulit untuk ditempuh, karena Kampung Sangke ini berbatasan langsung dengan Negera Papua New Guinea. Namun berbekal tekad yang kuat ingin memberikan pelayanan kesehatan secara maksimal, Pos Pitewi pimpinan Kapten Inf Rum Patria Missa dapat memberikan pengobatan kepada warga di sana,’’ ujar Dansatgas Pamtas RI-, PNG Yonif MR 413 Kostrad Mayor Inf Anggun Wuriyanto S.H., M.Han, dalam rilisnya yang diterima Selasa (16/02/2021).
Kampung Sangke masih terisolasi, akses jalan ke kampung sangat buruk membuat kendaraan yang dtumpangi anggota Satgas melewati jalanan yang berkubang.
“Di pertengahan jalan kami sempat terkendala karena ada genangan air setinggi lutut orang dewasa yang menyebabkan jalan tidak terlihat, akhirnya saya perintahkan tiga orang untuk membantu menyisir jalan mengarahkan kendaraan agar tidak keluar dari badan jalan,’’ ujar Rum.
Namun kendala yang dihadapi tergantikan dengan rasa sukacita manakala disambut hangat warga masyarakat.
Setibanya di Kampung Sangke tim kesehatan langsung melakukan pengobatan dengan berkeling dari satu rumah ke rumah lainnya.
Seharian berkeliling Kampung, Satgas 413 Pos Pitewi tidak menemukan adanya masyarakat Kampung Sangke yang menderita penyakit berat. “Puji Syukur masyarakat Sangke sehat semua, adapun beberapa warga yang mengalami sakit gatal, demam dan batuk-batuk. Itu penyakit yang tergolong ringan karena memang kondisi geografis Kampung Sangke yang terletak di ketinggian sehingga penyakit-penyakit itu masih tergolong wajar,’’ terang Serda Egy.
Ben Mathe Rewh (67) Kepala Kampung Sangke, mengapresiasi Satgas Yonif MR 413 Kostrad POs Pitewi yang langsung ke rumah-rumah memeriksa kesehatan warga.
“Terima kasih atas kesediaannya datang di Kampung kami yang sangat terpencil ini, apalagi ditambah dengan kegiatan pengobatan. Semoga Tuhan membalas nya semua,’’ ucap Mathe Rewh.
Kampung Sangke memang menjadi salah satu Kampung yang terisolir, faktor utamanya adalah akses jalan yang sangat sulit ditempuh sehingga menjadi penyebab atas kurangnya perhatian khusus kepada kampung tersebut. Belum lagi mayoritas bahasa yang mereka gunakan yaitu bahasa Fiji atau bahasa PNG, yang menandakan bahwa budaya bahasa Indonesia kurang diberikan di wilayah tersebut.
“Sesekali kami juga akan ajarkan anak-anak di Sangke untuk berbahasa Indonesia, ini penting karena mereka masih berada di wilayah Indonesia, bukan Papua New Guinea,’’ tegas Rum. ** (adv/ Pendam XVII/Cenderawasih).