Oleh: Makawaru da Cunha I
PAPUAinside.com, JAYAPURA—Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Jayapura masih menghadapi hambatan, terutama donor darah.
“Masih banyak masyarakat yang belum sadar dan belum mau donor darah, untuk menyelamatkan manusia,” tegas Ketua PMI Kota Jayapura, Dr. Ir. H. Rustan Saru, MM di Jayapura, Kamis (23/6/2022)
Meski demikian, ujar Rustan, PMI Kota Jayapura terus menghimbau masyarakat, untuk mendonorkan darahnya.
Pelbagai hambatan, antara lain. Pertama, terbatasnya darah yang bisa diperoleh dari pendonor, sehingga jika masyarakat membutuhkan darah, tapi stok habis.
Kedua, terbatasnya masyarakat yang rela, untuk mendonorkan darahnya.
Ketiga, fasilitas pendukung di Unit Donor Darah (UDD) saat ini memang belum tersedia secara optimal, baik dari sisi sarana dan prasarana maupun petugas yang masih perlu dilatih untuk meningkatkan SDMnya.
Keempat, rencana pembangunan gedung PMI Kota Jayapura, yang belum terealisasi.
Belum Ada Kantor
“Desain gedungnya dari pusat sudah ada, tapi lokasinya kan perlu dibeli dan disiapkan. Kita sudah menyurat ke Pemkot Jayapura, untuk disiapkan lahan, tapi belum ada jawaban apakah ada atau tidak. Kita masih menunggu. Itu hal yang penting yang perlu disiapkan,” ungkapnya.
Kantor Sekretariat PMI Kota Jayapura sementara masih menumpang di Kantor Walikota Jayapura.
Padahal secara teknis PMI semua fasilitas harus disiapkan, karena donor darah, termasuk pertolongan pertama kepada masyarakat.
“Ambulancenya harus siap 24 jam, armadanya harus siap 24 jam, personilnya harus siap 24 jam dan peralatan juga harus stay yang siap dipakai,” tuturnya.
Ia berharap kedepan, PMI Kota Jayapura bisa lebih baik dari pada saat ini.
Dikatakan, PMI bergerak di bidang kemanusiaan tanpa membeda-bedakan kelompok, golongan, suku dan agama. Tapi bentul-betul untuk menyelamatkan manusia.
Oleh karena itu, tambahnya, di PMI ada UDD, yang sangat dibutuhkan dalam rangka memberikan pertolongan kepada masyarakat yang butuh darah, baik yang butuh darah karena kecelakaan, butuh darah karena melahirkan dan butuh darah karena operasi.
Untuk itu, tandasnya, PMI Kota Jayapura dituntut untuk terus sosialisasi dan komunikasi dengan pelbagai elemen atau instansi terkait, baik TNI/Polri, paguyuban, tokoh-tokoh agama, organisasi kemasyarakatan, organisasi keagamaan, agar darah selalu tersedia.
“Kami terus berupaya mendorong masyarakat turut aktif berpartisipasi dalam rangka donor darah,” imbuhnya.
Kenapa demikian, menurutnya, penduduk di kota Jayapura kurang lebih 362.000 jiwa dan tiap bulan butuh kurang lebih 1.600 kantong darah.
Tapi yang bisa diperoleh rata-rata sekitar 700-900 kantong darah perbulan. Sisanya diperoleh dengan cara donor pengganti atau pendonor yang baru atau pendonor-pendonor yang ada bayaran. Sedangkan donor yang rutinitas dan sukarela rata rata sekitar 60 persen.
Penanggulangan Bencana
Mantan Wakil Walikota Jayapura ini mengatakan, PMI juga ada bidang penanggulangan bencana, dimana setiap ada musibah-musibah yang terjadi baik bencana alam maupun non alam, PMI selalu hadir, baik personil maupun materil untuk membantu warga yang terdampak.
“Apakah longsor atau banjir atau pandemi Covid-19 kita bergerak misalnya melakukan penyemprotan atau disinfektan kemudian waktu banjir yang melanda kota Jayapura kita melakukan pertolongan kepada masyarakat, yang membutuhkan, termasuk vaksinasi Covid-19,” tukasnya.
Selain itu, terangnya, di bidang sosial kemanusiaan, PMI memberikan bantuan, berupa sembako atau bama kepada beberapa panti asuhan, sekolah-sekolah yang perlu bantuan.
Juga di bidang kesehatan, PMI melakukan pelbagai kegiatan donor darah juga melalui pertolongan berupa ambulance, jika ada yang membutuhkan.
Di bidang Palang Merah Remaja (PMR) dan Relawan Palang Merah terus digalakan lewat SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi (PT).
“Jika terjadi bencana atau peristiwa yang terjadi di sekolah mereka bisa bergerak terdepan memberi pertolongan, karena mereka sudah dididik untuk menjadi tenaga yang siap dipakai,” terangnya.
Di kota Jayapura kini baru memiliki 1 unit ambulance, dan relawan sekitar 80 tenaga sukarela atau relawan, yang bisa melakukan pertolongan dan siap digunakan, belum termasuk berapa relawan-relawan di tingkat SD, SMP, SMA dan PT, karena belum didata. Tapi langsung terdaftar di sekolah masing-masing dan juga tenaga medis di UDD 38 pegawai, dokter, perawat dan analisis laboratorium.
Termasuk pengamanan pelayanan transfusi darah juga dilakukan pada pelayanan apheresis dan fraksionasi plasma. Salah-satu upaya pengamanan darah, seperti uji saring. **