Oleh: Comrel MOR 8 I
PAPUAinside.com, AMBON—Guru menjadi sosok yang tak lepas dari kata mengabdi. Dibalik senyum riang gembira dari diri siswa pasti terdapat sosok berpengaruh yang tak lain adalah guru.
Menjadi guru harus dibekali panggilan hati. Hal tersebut yang bisa terlihat dari diri Nelcia Tane Sainyakit. Perempuan 34 tahun ini memiliki ketulusan hati dalam mendermakan diri menjadi guru di PAUD Sadar Lingkungan di Dusun Wailawa, Negeri Tawiri, Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon, Provinsi Maluku.
PAUD sadar lingkungan berdiri pada tahun 2007 ini masih bertahan dan eksis hingga kini. PAUD ini ada dilatarbelakangi keterpanggilan dalam menyediakan tempat belajar bagi anak usia dini di sekitar Negeri Laha, khususnya sekitar Dusun Wailawa.
Keberadaan PAUD yang masih terbatas dan jika pun ada biayanya tinggi membuat banyak para orangtua dengan ekonomi lemah sulit menjangkaunya.
Santi yang merupakan adik dari Nelci adalah sarjana pendidikan di bidang PAUD, yang terpanggil untuk mendirikan PAUD Sadar Lingkungan. PAUD ini didirikan sejak Santi saat masih duduk di semester 3 di Universitas Pattimura, Ambon.
Dia terpanggil dan ingin ilmunya bermanfaat melalui PAUD yang dia dirikan. Dalam perjalanan berdirinya PAUD, pada tahun 2013 Santi yang baru saja lulus dari bangku kuliah berkeinginan untuk melanjutkan S 2 di Jakarta melalui program beasiswa, namun belum berhasil hingga akhirnya dia memilih bekerja di Lampung selama 5 tahun.
Selama kurun waktu 5 tahun tersebut Nelci, kakak dari Santi, lantaran keadaan yang memaksa mau tak mau dirinya harus mengajar di PAUD, karena tak adanya guru disana, dirinya yang tak memiliki bekal, ilmu dan pengalaman mengajar siswa usia PAUD memberanikan diri untuk siap menjadi pendidik di PAUD Sadar Lingkungan.
Nelci adalah sosok yang memiliki kemauan belajar tinggi, semua dia jalani melalui belajar otodidak. Namun orangtuanya memberikan kepercayaan tinggi padanya, Nelci dikenal selalu mengajar dengan hati.
PAUD Sadar Lingkungan mengalami perjuangan bertahan hingga saat ini dengan tidak mudah. PAUD hanya membebankan biaya Rp 30.000 bagi setiap siswa.
Uang ini adalah uang pangkal sekolah yang dibayarkan 1 kali saja didepan saat pendaftaran. Kemudian SPP yang dibebankan hanya Rp 10.000,00 setiap bulannya.
Biaya yang sangat ringan tersebut rupanya tak membuat semua orangtua mampu membayarnya. Maka tak heran untuk gaji guru yang hanya Rp 50.000 sebulan.
Jika semua siswa tak membayarkan SPP, maka siap-siap tak ada sepeser pun uang yang diterima guru.
Nelci sungguh penuh perjuangan selama 5 tahun bertahan menjalankan PAUD seorang diri. Suaminya yang berprofesi sebagai tukang ojek dengan jumlah 3 orang anak yang ditanggung tentu sudah sangat sulit, untuk mendukung biaya operasional PAUD Sadar Lingkungan.
Namun Nelci tak menyerah begitu saja, dia harus pandai mengelola keuangan keluarga, agar mampu menyisihkan untuk operasional PAUD.
Nelci berprinsip bekerja dengan hati, dan dirinya memiliki keyakinan bahwa berkat itu akan datang, jika usaha kita sudah maksimal dilakukan. Keyakinannya perlahan mulai terwujud.
Pada Tahun 2019 PAUD Melati berubah nama menjadi PAUD Sadar Lingkungan ini mulai mendapat perhatian dari pemerintah daerah Negeri Laha melalui dana desa.
PAUD Melati dibangunkan gedung sekolah, yang mana awalnya Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) PAUD selama kurun waktu 2018-2019 dijalankan di kediaman orang tua Nelci, yang awalnya saat dirintis 2007 KBM dijalankan di Gereja.
Tahun 2019 bisa dikatakan menjadi tahun berkat bagi PAUD Sadar Lingkungan, selain dibangunkan gedung, pengajar PAUD juga mendapatkan dana intensif dari pemerintah daerah Negeri Laha sebesar Rp 400.000 yang dibayarkan setiap 3 bulan sekali.
Puncak berkat adalah pada akhir 2019 CSR PT Pertamina DPPU Pattimura mulai masuk mendampingi PAUD Sadar Lingkungan juga membantu sarana prasana penunjang pembelajaran di PAUD, membangunkan toilet dan mendampingi gurunya.
Hingga memasuki tahun 2020 adalah tahun kedua pendampingan CSR DPPU Pattimura yang lebih menekankan pada pendampingan guru dan orangtua dan pendampingan penyusunan kurikulum alam berbasis lingkungan hingga akhirnya PAUD Melati berganti menjadi PAUD Sadar Lingkungan (PAUD Darling).
“Sungguh menjadi kesyukuran tersendiri bagi kami mendapatkan pendampingan dari DPPU Pattimura, bahkan tahun ini PAUD kami juga diuruskan akta notaris lembaga dan dibantu pengurusan ijin operasional di Dinas Pendidikan oleh DPPU Pattimura, kami semakin semangat dalam mendidik siswa kami,” ungkap Nelci.
Pendampingan CSR PAUD Melati bertujuan mewujudkan generasi sadar lingkungan sejak dini.
Ditempat terpisah Unit Manager Communication, Relations, & CSR Marketing Operation Region VIII, Edi Mangun menyampaikan kepada semua pihak, agar mengikuti jejak Nelcia Tane Sainyakit mendirikan PAUD.
Edi menyadari betapa pentingnya pendidikan sejak usia dini, beserta guru yang tanpa pamrih memberikan ilmunya kepada anak-anak, untuk membangun negeri ini.
“Harapannya dari PAUD Melati dapat terus membantu seluruh anak-anak di Negeri Laha untuk menggapai cita-citanya “ tutur Edi.
Editor: Makawaru da Cunha