PAPUAInside.com, ILAGA— Pemkab Puncak Papua, Provinsi Papua Tengah membangun sebuah rumah doa bagi segala bangsa yang terletak di atas Bukit Tepugi, Ilaga Ibukota Kabupaten Puncak.
Peletakan batu pertama pembangunan rumah segala doa dilakukan oleh Bupati Puncak Willem Wandik, Ketua TP PKK Kabupaten Puncak Papua Ibu Elpina K Wandik tokoh agama, tokoh adat pemilik hak ulayat dan para pimpinan OPD Pemkab Puncak, Jumat (02/12/2022).
Prosesi peletakan batu pertama diawali ibadah singkat dipimpin Pdt. Marthen Mauri,S,Th dari gereja Kingmi di Tanah Papua, dihadiri Pdt.Dr.Hans Wakerkwa, M.Si, Ketua GKII Wilayah II Pegunungan Tengah Papua.
Pembangunan rumah doa diprakarsai Ketua TP PKK kabupaten Puncak Ibu Elpina K Wandik setelah melewati pergumulan bahkan melakukan puasa Ester.
Tempat membangun rumah doa di atas bukit Tepugi kata Elpina Wandik karena posisinya begitu indah dan nantinya rumah doa ini akan lokasi wisata rohani yang akan menjadi ikon Kota Ilaga.
Rumah Doa ini kata Elpina Wandik merupakan kerinduannya agar semua orang datang bersujud dan membawa beban hidupnya kepada Tuhan dan Tuhan akan berpekara dalam kehidupan umatNya.
Selain itu berdasarkan pengalamannya berkunjung ke Israel, Yerusalem bahkan belajar dari beberapa tokoh agama di Papua seperti yang dibangun oleh mantan Bupati Puncak Jaya Henock Ibo membangun rumah doa di Mulia dan Bapak Pdt Lipyus Biniluk di Sentani maka dirinya pun bertekad harus ada rumah doa di Ilaga yang merupakan daerah terpilih dalam penyebaran injil khususnya Gereja Kemah injil di Tanah Papua.
“Saya bersyukur kepada Tuhan karena menggerakan hati kita agar ada doa-doa di Kota Ilaga, sebab injil pertama dari gereja kemah injil di Papua masuk di Ilaga pertama kali, namun injil itu tidak pernah dipegang kuat, tapi dilepas begitu saja, sehingga berbagai peristiwa terjadi di Kabupaten Puncak, setelah itu terjadi baru orang mulai cari Tuhan,” tambahnya.
Sebelum membangun rumah doa, Elpina Wandik bersama ibu-ibu lainnya melakukan doa puasa setiap bulan dari tanggal 1-3, tidak makan selama tiga hari tiga malam. ‘’Kami adalah Ester-Ester yang datang meratap dibawah kaki Tuhan Yesus, kami kecil dan beberapa orang saja bekomitmen melakukan doa puasa berdoa memohon kepada Tuhan dengan melepaskan semua beban hidupnya dan membiarkan Tuhanlah yang bertindak menjawab do akita,’’ ujarnya.
“Saya percaya bahwa peletakan batu pertama pembangunan rumah doa ini, di Kabupaten Puncak yang merupakan Kabupaten tertinggi di Indonesia akan mengalir, mengalir, mengalir berkat-berkat memberkati bangsa-bangsa, memberkati Indonesia dan Tanah Papua, rumah doa akan menjadi Ikon wisata rohani untuk semua akan datang untuk berdoa di rumah ini, itu kerinduan kami sebagai pendoa untuk kota Ilaga,” tambahnya.
Elpina wandik mengajak semua masyarakat, gereja, mama-mama perkawan gereja Kingmi, Bapak-Bapak, pemuda, bahkan pimpinan OPD di pemerintahan untuk setiap awal bulan tanggal 1,2 dan 3 sisihkan waktu untuk berlutut, meratap diri menangis dibawah kaki Tuhan, berdoa dihadapan Tuhan, sehingga Tuhanlah yang akan berperkara untuk Kabupaten Puncak.
“saya juga mencapaikan terima kasih kepada keluarga yang telah melepaskan lahan ini, meski awalnya saya naik ke lokasi ini, orang bilang daerah ini rawan, tapi saya tetap punya kemajuan keras agar lokasi ini menjadi rumah doa, apalagi untuk Tuhan, saya tetap maju, keluarga disini mendukung, di air, dirumput, dihutan-hutan, semua keluar, kita sama-sama melakukan pemerataan lokasi ini, bahkan tidak ada gangguan, ancaman malah semua mendukung, saya yakin keluarga pemilik lahan akan diberkati,”tambahnya.
Bupati Puncak Papua Willem Wandik terharu dengan pembangunan rumah doa ini, karena lokasinya di tempat yang sulit, rawan keamanan namun karena tekad dan kemauan teguh sang istri sebagai Ester sehingga bisa dilakukan peletakan pertama pembangunan rumah doa.
“Selama ini kita hidup di daerah yang kaya akan sumber daya alam, jadi rasa biasa-biasa saja, karena dimanjakan oleh alam, akhirnya tidak rajin bersyukur kepada Tuhan, tidak rajin berdoa untuk kabupaten ini, namun ketika ada peristiwa yang luar biasa yang kita alami baru kita berdoa, untuk itu setelah rumah doa ini dibangun, maka semua harus berdoa disini, bersujud dan berdoa untuk kabupaten ini, maka daerah ini akan dipulihkan, akan menjadi berkat untuk semua orang yang datang ke tanah ini,” tuturnya.
“Kita harus belajar dari bangsa Israel karena kondisi alam dimana daerahnya tandus, tidak ada apa-apa maka mereka rajin berdoa minta kepada Tuhan dan akhirnya Tuhan memberikan berkat kepada orang israel, mereka kini menjadi bangsa yang memegang tehnologi di dunia, mereka merupakan bangsa yang ditakuti saat ini,” tambahnya.
Bupati mengatakan, pembangunan rumah doa akan menjadi salah satu program dari pemerintah, yang akan diseriusi dimasa akhir kepemimpinannya, rumah doa akan diselesaikan di tahun anggaran 2023.
Sementara itu Pdt. Marthen Mauri,S,Th dari gereja Kingmi di Tanah Papua dan Pdt.Dr.Hans Wakerkwa,M.Si, selaku Ketua GKII Wilayah II Pegunungan Tengah Papua, berpesan agar pemerintah daerah serius membangun rumah doa, termasuk masyarakat Puncak harus juga rajin berdoa kepada Tuhan,d engan berbagai peristiwa yang terjadi di Kabupaten Puncak, maka semua harus bergumul, berdoa, untuk Kabupaten Puncak, sehingga Tuhan sendiri hadir dan memberkati daerah ini, maka daerah ini akan menjadi berkat untuk semua yang hidup di atas tanah Kabupaten Puncak.
Kegiatan pembangunan rumah doa ini juga, diakhir dengan acara bakar batu dihadiri warga Puncak yang relah naik ke atas bukit doa, dengan penuh gembira dan sukacita. ** (Diskominfo Puncak)