Oleh: Makawaru da Cunha I
PAPUAinside.com, SENTANI—Ada tiga lokasi di kawasan perbukitan yang berada di lereng Pegunungan Cycloop dan Danau Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, yakni Hena, Yotoro dan Hobong.
Tiga lokasi ini termasuk wilayah yang memiliki lahan kritis, miskin unsur hara dan kondisi lapisan tanah tipis. Bahkan lapisan tanahnya sudah tak ada, akibat tergerus banjir, pembabatan hutan dan lain-lain.
Alasan inilah yang mendorong kepedulian Samdhana Institute, untuk melakukan rehabilitasi lahan di tiga lokasi kritis tersebut.
Salah-satu langkah yang ditempuh yakni melakukan pelatihan pembuatan pupuk padat Negentropi bertempat di Hena River Coffee, Sentani, Kabupaten Jayapura, 21-25 Mei 2022.
Pelatihan pembuatan pupuk padat negentropi ini adalah salah-satu kegiatan menoken di wilayah Tabi/Mamta, seperti berkemah, membuat pupuk dan menanam.
Kegiatan menoken ini melibatkan sejumlah komunitas, antara lain Komunitas Papua Tour Guide, Komunitas Vespa, PAM GKI Honokong Yotoro, Komunitas Tuli Jayapura, Komunitas Kipas Sarmi, Uwakhe, Jalan Jalan Jayapura.
Pelatihan pembuatan pupuk padat negentropi ini dibimbing seorang praktisi pertanian dari Bogor, Agus Mulyana.

Samdhana Institute Coordinator, Piter Roki Aloisius menjelaskan kegiatan pelatihan pembuatan pupuk padat negentropi ini sudah dilakukan di Merauke, ketika kegiatan menoken di wilayah Animha, melibatkan sejumlah komunitas disana.
Sedangkan pelatihan pembuatan pupuk padat negentropi di wilayah Tabi/Mamta baru pertama kali dilakukan.
“Saya harap dengan pelatihan pembuatan pupuk padat negentropi bisa memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat atau yang paling penting berguna untuk para komunitas,” ujarnya.
Selain itu, tuturnya, pihaknya mendorong, khususnya penanaman pohon, pengembangan budi daya tanaman sayur dan lain-lain.
“Saya juga berharap, pelatihan pembuatan pupuk padat negentropi ini bisa dikembangkan masing-masing komunitas,” katanya.
Sementara itu, Agus Mulyana mengatakan pelatihan pembuatan pupuk padat negentropis ini diawali sesi permainan atau game.
Hal ini untuk memberi semangat, tapi juga menjadi alat bantu yang penting didalam membangun suasana yang lebih kondusif bagi proses menoken.
“Kita tahu bahwa proses menoken itu kan berbagi pengalaman dan berbagi pembelajaran,” tukasnya.
Menurutnya, game-game ini penting, karena konsep dari pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA), baik lahan, hutan dan air itu sebenarnya dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan mutu hubungan dengan sesama manusia, meningkatkan mutu hubungan dengan alam dan meningkatkan mutu hubungan dengan sang maha pencipta.

“Game ini juga penting didalam membangun dan memperkuat relasi diantara para peserta atau para penoken. Apalagi para penoken ini ada saudara- saudara kita yang berkebutuhan khusus atau disabilitas. Jadi bagaimana kita bisa membangun, berinteraksi dan berkomunikasi antara kita dan saudara-saudara kita ini,” ucapnya.
Ia menjelaskan, keunikan pembuatan pupuk padat negentropis terletak pada komposisi dan porsi dari bahan-bahan yang digunakan, karena menggunakan bahan-bahan sederhana, berkualitas tinggi dan tersedia di sekitarnya, seperti daun kering, daun basah, serbuk gergaji, serabut kelapa, kotoran ternak dan lain-lain.
Apalagi di Papua ini, khususnya di Jayapura di daerah sekitar Bukit Yotoro ini bahan-bahan berlimpah, untuk pembuatan pupuk padat negentropi seperti, kelor atau moringa, kaliandra yang disebut sakura Jepang, lamtoro dan lain-lain.
Merlin Marwery, seorang peserta dari Komunitas PAM GKI Honokong Yotoro mengatakan, ia baru pertama kali ikut pelatihan pembuatan pupuk padat negentropi ini.
Merlin mengatakan, ia dan teman-temannya ingin belajar dan menambah ilmu cara membuat pupuk negentropis.
“Mungkin bisa pulang kembali ke rumah langsung praktek. Semua orang bisa belajar membuat pupuk padat negentropis, tapi tergantung dong punya kesabaran dan niat juga. Kalau mau dong pu tanaman subur atau menghidupkan kembali lahan yang tandus dong bisa praktek,” terang Merlin.
Pelatihan ini juga diikuti komunitas tuli, ungkap Merlin, sesuai filosofi menoken, yakni saling berbagi dengan sesama, termasuk teman-teman disabilitas.
“Kebetulan sudah belajar sedikit juga dong punya bahasa isyarat. Jadi bisa kasih tahu,” tukas Merlin. **