Oleh: Makawaru da Cunha I
PAPUAinside.com, JAYAPURA—Satu lagi putra Pegunungan Tengah Papua meraih sukses di bidang pendidikan. Dialah Dr. Kornelis Pakage, S.KM., M.Kes. Ia adalah anak petani, sekaligus doktor termuda dari Pegunungan Tengah Papua. Ia resmi menyandang gelar doktor dengan yudisium sangat memuaskan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Doktor Ilmu Manajemen, Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura.
Gelar tertinggi bidang akademis itu diraihnya, setelah melewati dua jam sidang terbuka promosi doktor di Auditorium Uncen, Padang Bulan, Kota Jayapura, 1 April 2021.
Kornelis Pakage menulis desertasi dengan judul Analisis Pengaruh Kepemimpinan, Komitmen Organisasi dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai yang Dimediasi oleh Kepuasan Kerja pada Dinas Kesehatan Kabupaten Pegunungan Bintang.
Kornelis Pakage berhasil menjawab semua pertanyaan dengan sempurna dari 7 dosen penguji. Masing-masing Prof. Dr. Baltashar Kambuaya, MBA, Prof Dr. Yohanes Rante, M.Si, Dr. Happy Lumbantobing, M.Si, Dr. Ferdinand Risamasu, SE.,M.Sc.Agr, Dr. Oscar O Wambrauw, M.Sc, Dr. Jack Henry Syauta, SE., M.Sc.Agr dan Dr. Anita Erari, SE.,MSc.Agr.
Kornelis Pakage akhirnya diwisuda via zoom 26 Agustus 2021 lalu. Sebelumnya, ia menempuh ujian tutup 29 Maret 2021.
Ikatan Pemuda, Pelajar Mahasiswa Ogoiye Deiyai Selatan (IPPMODD) Kota Studi Jayapura pun memberikan apresiasi yang tinggi dan menggelar ibadah syukuran untuk Kornelis Pakage di Grand Abe Hotel, Victory Ballroom Lt.7, Kamis (26/8/2021).

Keluarga Petani
Kornelis Pakage lahir di Kampung Bomou, Kabupaten Deiyai, 1 Maret 1981. Ia adalah putra ke 5 dari 7 bersaudara pasangan mendiang Paulus Pakage dan Julita Edoway. Ia berasal dari keluarga petani.
“Saya mungkin doktor termuda dari Pegunungan Tengah Papua, sebab senior-senior saya sudah diwisuda, yang usianya di atas saya,” tutur Kornelis Pakage di Jayapura, Selasa (31/8/2021).
Kornelis Pakage menempuh pendidikan di SD YPPGI Bomou, Kabupaten Deiyai tamat 1994, kemudian SMP Negeri Waghete tamat 1997, SMA YPK Tabernakel, Nabire tamat tahun 2000. Lanjut Strata 1 FKM Uncen tamat 2004. Lanjut lagi Strata 2 Bidang Studi Magister Pelayanan Kesehatan Universitas Airlangga (Unair), Surabaya tamat 2010 dan Strata 3 Fakultas Ekonomi Program Studi Doktor Ilmu Manajemen Uncen tamat 2021.
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Doktor Ilmu Manajemen, Uncen Dr. Mesak Iek, SE, M.Si memberikan apresiasi yang tinggi kepada Kornelis Pakage, yang mampu memperoleh gelar tertinggi dalam dunia pendidikan.
“Jika dilihat dari latar belakangnya Kornelis Pakage adalah anak dari petani. Namun dengan kegigihannya ia mampu memperoleh gelar doktor,” ungkap Mesak Iek.
Anak Gunung Bisa dan Mampu
Sementara itu, Dosen penguji Prof Dr. Baltashar Kambuaya, MBA menuturkan dengan raihan gelar doktor membuktikan bahwa anak gunung bisa dan mampu memperoleh gelar tertinggi dalam dunia pendidikan.
“Intinya niat dan ketekunan yang tinggi pasti semua bisa dilakukan,” terang Kambuaya.
Prof Dr. Yohanes Rante, MSi yang bertindak sebagai promotor menyampaikan anak-anak asli Papua patut mencontoi dan mengikuti jejak Kornelis Pakage. Prestasi ini membanggakan bagi Papua, khususnya bagi masyarakat Kabupaten Deiyai dan Kabupaten Pegunungan Bintang.
Doktor Kornelis Pakage mengatakan bersyukur kepada Tuhan dan semua pihak yang telah mendukungnya hingga meraih gelar doktor.
Ia mengaku meski dari keluarga petani, namun dengan niat dan dorongan untuk maju sehingga ia bisa mencapai gelar tertinggi didalam dunia pendidikan.
“Saya sebenarnya orang tua tak mampu, tapi saya punya komitmen yang tinggi, untuk melanjutkan pendidikan hingga doktor. Saya memang dasarnya dari keluarga gereja. Saya selalu berdoa. Saya tak pikir biaya pendidikan, sebab saya percaya pertolongan Tuhan Yesus selalu ada,” ungkapnya.
Kornelis Pakage menyampaikan keinginan besarnya untuk meraih profesor di waktu mendatang.
“Ya, saya punya keinginan besar jadi profesor. Saat ini saya sedang sesuaikan dengan kriteria-kriteria, untuk mengarah kesana. Saya sedang berjuang dan berusaha satu persatu, agar semua persyaratan memenuhi. Saya punya komitmen dan niat harus dalam target berapa tahun saya meraih profesor,” katanya.
Ia mengaku mencari biaya sendiri untuk membayar kuliah di FKM Uncen. Salah-satu sumber pendapatannya adalah saban hari ia menjajakan koran Cenderawasih Pos (Cepos) sepanjang Kota Jayapura, Abepura hingga Waena.
Usai diwisuda di FKM Uncen ia mulai memasuki dunia kerja sebagai PNS di Pemerintah Daerah (Pemda) Pegunungan Bintang di bidang pelayanan kesehatan masyarakat di tahun 2005.
Pemda Pegunungan Bintang kemudian mengirimnya tugas belajar Strata 2 Bidang Studi Magister Pelayanan Kesehatan di Unair Surabaya. Selesai Strata 2 lalu kembali bekerja di Dinas Kesehatan Pegunungan Bintang. Ia sempat menduduki jabatan eselon IV dan III hingga Sekretaris Dinas Kesehatan Pegunungan Bintang.
Konelis Pakage juga sempat menjadi Dosen Luar Biasa di FKM Uncen pada 2011-2014.
Saat menjabat Sekretaris Dinas Kesehatan Pegunungan Bintang, ia dipanggil Bupati Deyai Ateng Edoway dan dilantik sebagai Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Deiyai tahun 2019 hingga awal Januari 2021.
Ia memberikan nasehat buat anak-anak Papua lebih khususnya generasi muda dari wilayah pedalaman Papua maupun di kota, untuk focus di pendidikan, karena membangun Papua kedepan hanya melalui pendidikan.
“Anak-anak harus focus pada hal-hal yang positif. Hindari hal-hal negatif, yang merugikan diri bahkan orang lain, seperti miras, merokok, narkotika, seks bebas atau free sex dan lain-lain,’ imbuhnya.
Dikatakan untuk meniti sukses setiap orang mesti memiliki disiplin dan tanggungjawab, karena sangat membantu meniti tangga sukses.
“Orang tua saya tak punya apa-apa atau ekonomi lemah. Tapi saya jadi doktor termudah. Saya harapkan anak-anak Papua terus berada di jalur pendidikan. Pendidikan tak membatasi umur. Siapa pun bisa sampai pada doktor asalkan punya kemauan, niat dan komitmen pribadi yang jelas,” lanjutnya.

Melayani Masyarakat
Kornelis Pakage menyebut alasannya menekuni pelayanan kesehatan masyarakat di Papua. “Pertama memang panggilan Tuhan. Saya harus berbuat sesuatu berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Kedua, Papua ini petugas kesehatan kini cukup banyak dan tersebar di seluruh wilayah. Beda dengan masa lalu petugas kesehatan masih sedikit dan langka. Jadi saya memilih kesehatan, untuk melayani masyarakat,” jelasnya.
Kornelis Pakage hingga kini masih memiliki tugas dan tanggungjawab moril terhadap pelayanan kesehatan bagi masyarakat Papua.
Ia menjelaskan dalam dunia kesehatan dikenal istilah promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
“Arti sederhana dari istilah promotif adalah peningkatan, preventif berarti pencegahan, kuratif berarti penyembuhan, sedangkan rehabilitatif mempunyai arti pemulihan,” tuturnya.
Dikatakan dari 4 hal ini yang paling penting adalah pencegahan. Namun ada perbedaan di Pulau Jawa dan Pulau Papua. di Pulau Jawa lebih mementingkan pencegahan dari pada pengobatan, sehingga sumber-sumber penyakit sudah tutup semuanya.
“Jadi jarang orang meninggal, karena sakit. Orang meninggal karena bencana, kecelakaan lalu lintas dan lain-lain,” katanya.
Di Papua pengobatan justru nomor satu. Sedangkan pencegahan nomor dua, sehingga cukup banyak orang meninggal diserang penyakit, karena sumber-sumber penyakit masih ada di sekitarnya.
“Kalau orang sakit datang ke pelayanan kesehatan, kita kasih obat. Setelah diobati pulang sembuh, tapi beberapa hari kedepan sakit lagi, karena sumber-sumber penyakit kita belum tutup,” tukasnya.
Oleh karena itu, tugas dan tanggungjawab semua pihak di Papua adalah pada pencegahan harus terus-menerus ditingkatkan.
Kemudian kurangnya pengetahuan masyarakat tentang prilaku hidup bersih dan sehat. Tak hanya sebatas penyuluhan- penyuluhan, tapi harus dikembangkan model lain, seperti pelayanan dor to dor atau dari rumah ke rumah.
“Kalau penyuluhan di tempat terbuka, agak susah untuk diterapkan di lapangan, karena selama ini kan penyuluhan secara kelompok, tapi out-putnya tak jelas. Jadi harus ubah dengan pelayanan dor to dor,” terangnya. **