Oleh: Makawaru da Cunha I
DETIK-detik penangkapan Gubernur Papua Lukas Enembe oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Restoran Senduk Garpu, Kotaraja, Abepura, Kota Jayapura, Papua, Selasa (10/1/2023) sekitar pukul 11.00 WIT.
Lukas sejak 5 September 2022 ditetapkan KPK sebagai tersangka dalam kasus dugaan tindak pidana korupsi, berupa penerimaan hadiah atau janji Lukas Enembe selaku Gubernur Papua Periode 2013 – 2018 dan 2018 – 2023 terkait pekerjaan atau proyek yang bersumber dari APBD Provinsi Papua.
Menyaksikan tayangan di pelbagai media sosial sungguh saya tak sanggup. Lukas memang punya hati yang kuat dan teguh, tapi fisiknya lemah. Mengingat Lukas selama ini menderita jantung, ginjal dan stroke akut.
Nama Lukas dikenal luas, ketika mencalonkan diri sebagai Calon Gubernur Papua dalam Pilkada Periode 2009-2013 di Bumi Cenderawasih.
Kala itu, Lukas Enembe berpasangan dengan H. Arobi Achmad Aituarau, tokoh Muslim asal Fakfak, Papua Barat.
Ketika mendapat tugas meliput kampanye Pilkada Papua di Timika, Kabupaten Mimika sekitar tahun 2009 silam, saya menyaksikan Lukas Enembe-H.Arobi Achmad Aituarau diantar warga berjalan kaki atau long march dari Bandara Moses Kilangin, Timika menuju lokasi kampanye di Lapangan Timika Indah. Sepanjang jalan keduanya dieluh-eluhkan massa. Saya hanya bisa melihat Lukas dari jauh. Sosoknya pendek, gemuk, kakinya kuat.
Kampanye yang dihadiri ribuan massa, Lukas mengajak warga untuk memilih pemimpin, yang sungguh-sungguh punya hati untuk membangun Papua kedepan.
Massa pun mengadang-gadang Lukas sebagi simbol orang Pegunungan pertama, yang bakal memimpin Papua lima tahun kedepan.
Saat itu, isu Pantai-Gunung begitu menyolok di Papua. Untuk mengikis isu Pantai-Gunung, Lukas Enembe-H. Arobi Achmad Aituarau mengusung tema sentral kampanye “Kasih Menembus Perbedaan.”
Tema kampanye yang diusung Lukas Enembe- H. Arobi Achmad Aituarau, ternyata mampu menghipnotis massa, untuk datang dan mendengarkan program pembangunan, yang ditawarkan Lukas Enembe-H.Arobi Achmad Aituarau.

Dalam pesta demokrasi itu muncul lima pasangan calon yang memperebutkan kursi Gubernur Papua, masing-masing Barnabas Suebu-Alex Hesegem, Lukas Enembe-H.Arobi Achmad Aituarau, John Ibo-Paskalis Kosai, Constan Karma-Donatus Mote dan Dirk Hein Wabiser-SP Inauri.
Namun, hasil pleno KPU Provinsi Papua berdasarkan perolehan suara dari pasangan calon gubernur Papua dan wakil gubernur Papua di 20 kabupaten/kota, yang tersebar di seluruh wilayah Papua, akhirnya menetapkan pasangan calon Barnabas Suebu-Alex Hesegem menduduki urutan pertama dengan meraih 354.763 suara.
Disusul urutan kedua Lukas Enembe- H. Arobi Achmad Aituarau, dengan suara 333.623 suara. Pasangan John Ibo-Paskalis Kosai 258.475 suara. Di posisi keempat Constan Karma-Donatus Mote raihan 112.033 suara. Sedangkan Dirk Hein Wabiser-SP Inauri 67.671 suara.
Saya akhirnya hijrah ke Jayapura. Lukas tetap ada di hati saya. Lukas memang belum berhasil di Pilkada periode 2009-2013, tapi bukan Lukas kalau cepat menyerah. Bagi Lukas kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda.
Di Pilkada Papua periode 2013-2018. Kali ini Lukas memilih Klemen Tinal Bupati Mimika dua periode sebagai tandemnya.
Saya sempat beberapa kali meliput kampaye Lukas Enembe dan Klemen Tinal (LUKMEN).
Pesta demokrasi itu diikuti 6 pasangan calon gubernur Papua. LUKMEN meraih 1.199.657 suara. Urutan kedua, Habel Melkias Suwae-Yop Kogoya 415.382 suara. Menyusul Robert Manase Kambu-Blasius A Pakage 301.349 suara.
Noakh Nawipa-Johanes Wob 178.830 suara. Wellington Lod Wenda-Weynand B Watori 153.453 suara dan Alex Hesegem-Marthen Kayoi 72.120 suara.
Alhasil, LUKMEN resmi dilantik menjadi Gubernur Papua dan Wakil Gubernur Papua Periode 2013-2018 oleh Mendagri Gamawan Fauzi saat itu di Stadion Mandala Jayapura, 9 April 2013, dan disambut suka cita ribuan warga warga Papua.

Sejak LUKMEN berkantor di Dok II, Jayapura, saya beberapa kali ikut rombongan Gubernur, jika ia dinas ke luar. Diantaranya, Upacara Pembukaan (Opening Ceremony) PON XIX Jawa Barat 2016 di Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Gedebage, Kota Bandung, 17 September 2016.
Usai upacara pembukaan PON XIX, Lukas menyampaikan keterangan pers di Hotel Aston Pasteur, Kota Bandung pada malam hari.
Walau lelah dan letih Lukas masih kuat berdiri, tapi sejumlah staf menyarankan, agar ia duduk di kursi, mengingat kondisi kesehatannya belum stabil.
Lukas mengatakan, Pemerintah Daerah Papua bangga diberi kesempatan oleh pemerintah pusat jadi host atau tuan rumah PON XX Papua 2021.
“Saya ajak rakyat Papua persiapkan diri menyambut PON,” ujar Lukas.
Puncaknya, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, menyerahkan bendera PON kepada Gubernur Papua, Lukas Enembe, disaksikan Ketua Umum KONI Pusat Tono Suratman, saat upacara penutupan (clossing ceremony PON XIX Jawa Barat di GBLA, Gedebage, Kota Bandung, 29 September 2016.
Saat hadir Ibadah Syukur Hari Pekabaran Injil (HPI) ke-167 di Tanah Papua di Dermaga DPR Papua, Kota Jayaupura 5 Pebruari 2022, Lukas sempat menyebut orang Papua tidak happy.
Lukas hanya ingin melukiskan banyaknya masalah yang terjadi di Tanah Papua membuat orang tidak happy.
Untuk pertama kali saya menginjakan kaki di Bumi Rana Minang, ikut menghadiri Lukas diberi gelar kebesaran adat sebagai Sangsako Sutan Rajo Panglimo Gadang atau Sultan Raja Panglima Besar dari Rumah Gadang Sholihin Jusuf Kalla Datuk Rajo Penghulu, Suku Kutianyir, Tanjung Kociak, Kampung Tanjung Bonai, Kecamatan Lintau Buo Utara, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat, 29 Mei 2017.
Penghargaan ini diberikan, karena Lukas dinilai berhasil mempersatukan suku bangsa di Papua. Lukas adalah simbol Bhineka Tunggal Ika.
Kemudian saya ikut rombongan Lukas menghadiri upacara patah panah antara dua suku yang bertikai di Mimika, yakni Suku Moni dan Suku Dani, 11 Juni 2014.
Saat resepsi malam di Rimba Papua Hotel, Timika, semua tamu menikmati wam (daging babi) hasil prosesi bakar batu masyarakat dua suku. Tapi saya justru mendapati Lukas hanya mengambil satu potong ubi dan ketela.
Begitu tulus dan sederhana seorang Lukas Enembe? **