APA yang muncul di pikiran anda tatkala nama proklamator Bung Karno disandingkan dengan mendiang Ketua Presidium Dewan Papua (PDP) Theys Hiyo Eluay?
Bagi kalangan yang tidak mengenal dekat pribadi mendiang Theys Eluay, jawabannya mungkin bisa sebuah anomali nama dua tokoh tersebut disandingkan. Bung Karno berjuang agar Irian Barat (Papua) menjadi bagian tidak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, sementara Theys Eluay sebaliknya. Sebagai Ketua PDP, Theys Eluay memimpin perjuangan agar Irian Barat (Papua) lepas dari NKRI.
Sebuah anomali. Bahkan kontras.Tapi benarkah demikian? Benarkah sebuah hal kontras nama sang Proklamator Bangsa Indonesia itu disandingkan dengan nama mendiang Theys Eluay?
Tidak banyak orang yang tahu Theys Hiyo Eluay sangat mengagumi Bung Karno. Tidak banyak orang yang paham Bung Karno adalah sosok yang menginspirasi perjuangan Theys Hiyo Eluay sebagai Ketua Presidium Dewan Papua.
Kalau anda termasuk seorang diantara yang belum tahu dan belum paham, itu bisa dimaklumi. Oleh karena yang tampak dan kelihatan di permukaan: Bung Karno berjuang agar Irian Barat menjadi bagian tidak terpisahkan dari NKRI. Selama NKRI ada, selama itu pula Irian Barat menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Sudah pasti sikap yang sama juga dianut Megawati Sukarno Putri dan semua Sukarnois: Irian Barat adalah bagian tidak terpisahkan dari NKRI.
Sementara mendiang Theys Hiyo Eluay punya sikap politik berbeda. Berjuang atau pernah berjuang agar Irian Barat lepas dari NKRI. Dan oleh karenanya nyawa Theys Eluay direnggut tepat pada peringatan Hari Pahlawan 10 November 2001 tatkala putri Sang Proklamator, menjabat Presiden Republik Indonesia.
Uniknya lagi, sejarah juga mencatat, tatkala Megawati Sukarnoputri menjabat Presiden, Irian Barat mendapat tempat khusus dalam rumah atau keluarga NKRI. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua sah dan berlaku setelah diteken Presiden kelima RI, Megawati Sukarnoputri. Sejarah juga mencatat seorang Sukarnois yang namanya Sabam Sirait, menjadi Ketua Panitia Khusus (Pansus) DPR RI sehingga RUU Otonomi Khusus Papua disahkan menjadi undang-undang.
Sejarah mencatat pula, dua puluh tahun kemudian, tatkala Joko Widodo menjabat Presiden, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2021 tentang Otonomi Khusus Papua (revisi kedua) diteken dan diberlakukan. Pada fase ini, sejarah juga mencatat seorang Sukarnois bernama Komarudin Watubun menjadi penerus jejak mendiang Sabam Sirait, menjadi Ketua Pansus.
Semasa hidupnya, mendiang Theys Hiyo Eluay memajang secara mencolok dua gambar berpigura Bung Karno secara di ruang tamu rumahnya di pusat Kota Sentani, Jayapura. Pertama, sebuah lukisan Bung Karno berpigura ukiran khas Suku Sentani berukuran 30 × 50 sentimeter dipajang di sisi Timur. Sementara di sisi Utara tampak foto Presiden Sukarno bersama Presiden John F Kennedy.
Lukisan Bung Karno dan foto Bung Karno bersama Presiden John F Kennedy tersebut masih terpajang di ruang tamu keluarga mendiang Theys Eluay, sampai artikel ini ditulis.Yanto Eluay, putra kandung mendiang Theys Eluay mengatakan lukisan dan foto tersebut akan terus dipajang di tempat dimana kedua gambar itu kini berada.
Sepintas kalau menghubungkan keberadaan lukisan dan foto Bung Karno secara mencolok di beranda rumah mendiang Theys Eluay dengan sepak terjang mendiang Theys Eluay sebagai Ketua Presidium Dewan Papua, niscaya membuat orang mengernyitkan dahi.
Sesuatu yang kontradiktif: pemilik rumah, yang tokoh sentral memperjuangkan Irian Barat lepas dari NKRI, mengidolakan tokoh yang mati-matian memperjuangkan Irian Barat menjadi bagian tidak terpisahkan dari NKRI.
Banyak kejadian kontradiktif dalam hidup kita kerap terjadi. Beberapa diantaranya bisa saja berada diluar jangkauan diluar nalar orang kebanyakan. Tapi tidak untuk hal kontradiktif di atas.
Bagi Sekretaris Jenderal Presidium Dewan Papua Thaha Alhamid yang kini tengah menunaikan ibadah umroh, bukan hal kontradiktif dua foto Bung Karno berukuran besar dipajang mendiang Theys Eluay secara mencolok di beranda rumahnya sampai sekarang.
“Mengapa dua foto Bung Karno bisa dipajang di sini (ruang tamu),” tanya Thaha Alhamid langsung kepada mendiang Theys Eluay.
“Karena inilah (Bung Karno) pejuang pembebasan. Dan yang sedang kita (Presidium Dewan Papua) lakukan sekarang adalah perjuangan untuk membebaskan diri. Perjuangan pembebasan. Sukarno menginspirasi perjuangan pembebasan yang sedang kita lakukan,” tutur Theys Eluay menjawab pertanyaan Thaha Alhamid.
Sulit disangkal, dan sejarah mencatatnya: perjuangan pembebasan yang dipimpin Presidium Dewan Papua dan mendiang Theys Eluay, memberi andil yang sangat signifikan sehingga Irian Barat (Papua) mendapat status Otonomi Khusus. Sulit disangkal, dan sejarah juga mencatatnya: status Otonomi Khusus terkait erat dengan Bung Karno dan marhaenisme ajaran Bung Karno. Sejarah juga mencatat, Otonomi Khusus Papua erat kaitannya dengan pemerintahan Presiden Megawati Sukarnoputri dan Presiden Joko Widodo, serta dengan mendiang Sabam Sirait dan penerusnya Komarudin Watubun.
Bahwa setelah dua puluh tahun perjalanan Otsus, juga “menghasilkan” sejumlah pejabat Papua tersangkut kasus korupsi, jelas itu bukan bagian dari perjuangan pembebasan yang pernah diperjuangkan Bung Karno dan Theys Hiyo Eluay. ** (Mathias Refra, mantan Wartawan SKM Tifa Irian).