PAPUAInside.com, JAYAPURA— Dinas Kesehatan Provinsi Papua saat ini sedang melatih ratusan vaksinator dari kabupaten/kota se Papua yang nantinya bertugas menyuntikkan vaksin covid-19 di daerah masing-masing.
Peserta dibagi ke dalam beberapa angkatan dan setiap angkatan dilatih selama tiga hari mulai pukul 09.00 WIT – 17.00 WIT dan diselingi istirahat makan siang pukul 12.00-13.00 WIT.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Papua dr Aaron Rumainum menjelaskan, pelatihan virtual dibiayai Kemenkes melalui BBPK Makassar. ‘’Akan ada pelatihan tatap muka ke kabupaten namun masih menunggu pembiayaan,’’ jelasnya.
Ada 12 kabupaten yang sudah dan sementara melakukan pelatihan yang diikuti para nakes (tenaga Kesehatan) masing-masing: Kota Jayapura 143 orang, Kabupaten Jayapura 136 orang, Mimika 145 orang, Pegunungan Bintang 7 orang, Keerom 69 orang, Sarmi 71 orang, Biak 103 orang, Mamberamo Raya 16 orang, Nabire 119 orang, Lani Jaya 30 orang, Supiori 17 orang dan Merauke 150 orang.
Vaksinator di Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura dan Kabupaten Mimika kata Dokter Aaron sudah selesai mengikuti pelatihan dan juga sudah dilakukan launching vaksin covid-19 di daerah masing-masing.
Menurut Dokter Aaron, para vaksinator ini dilatih karena menyuntikkan vaksin ke orang dewasa adalah program baru dan berbeda dengan penyuntikan vaksin seperti yang dilakukan terhadap balita.
Penerima vaksin covid-19 adalah usia antara 19-59 tahun.
Ada tiga cara menyuntikkan vaksin, pertama Intrakutan artinya dalam kulit, sudut jarum 15 derajat, eperti pada vaksin BCG yang disuntik dengan dosis 0,05cc pada bayi baru lahir sampai kurang dari 1 bulan.
Cara kedua, sub kutan artinya di bawah kulit. Subkutan disuntik dengan arah jarum membentuk sudut 30-45 derajat dengan permukaan kulit, seperti menyuntik vaksin MR (Campak Rubella) dengan dosis 0,5 cc pada lengan kiri atas
Cara ketiga, intramuskuler artinya di dalam otot. ‘’Pada suntikan intramuskuler, arah jarum membentuk sudut 60-90 derajat dengan permukaan kulit. Seperti menyuntik vaksin DPT-HB-HiB (Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, Hemophilus Influenza Tipe B) dengan dosis 0,5 ml pada paha untuk bayi dan anak di bawah usia 36 bulan dan pada lengan atas kanan untuk anak usia 36 bulan ke atas,’’ terang Dokter Aaron.
Untuk vaksin sinovac dilakukan dengan cara intramuskuler pada lengan kiri atas pada pengguna tangan kanan.
Suntikan intramuskuler pada lengan kiri atas, kata Dokter Aaron juga diberikan pada pemberian vaksin DT (Difteri Tetanus) pada anak kelas 1 SD dan vaksin Td (Tetanus Difteri) pada anak kelas 2 dan kelas 5 SD, serta pada wanita usia subur (15-49 tahun).
Vaksinator juga diberi pelatihan untuk mengajukan pertayaan kepada calon penerima vaksin, karena sebelum divaksin, ada 16 pertanyaan yang harus dijawab, dari jawaban pertanyaan ini nantinya akan diketahui apakah pemberian vaksin dilanjutkan, ditunda atau tidak divaksin.
‘’Contoh salah satu pertanyaan tentang penyakit, apakah saat ini calon penerima vaksin mengidap penyakit tertentu misalnya jantung, ginjal, kanker atau penyakit lainnya. Kalau seorang memiliki penyakit tidak bisa divaksin, ataukah pemberian vaksin di tunda’’ jelasnya.
Pelatihan ini juga kata Dokter Aaron sekaligus sebagai sosialisasi kepada tenaga pelayan kesehatan tentang pemberian vaksin sinovac yang digunakan untuk vaksin covid-19.
‘’Pelatihan sangat penting dan juga sebagai sosiliasi di kalangan tenaga kesehatan, kalau tenaga kesehatan sudah diyakinkan dan memberi diri disuntik, sehat dan menerima, kemudian kita berpikir untuk melakukan sosialisasi di luar tenaga kesehatan ini,’’ jelasnya. **